Minggu, 04 Januari 2015

Bab 11 Manusia dan Harapan & Contoh Kausus


MANUSIA DAN HARAPAN

A. PENGERTIAN HARAPAN

      Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli walinya,

Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. 


B. APA SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN ?

      Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dan pergaulan hiidup. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.

Dorongan kodrat

            Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya.

            Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton pertunukan lawak.

            Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuhan-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahkluk ini, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan .

            Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain.

            Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.

Dorongan kebutuhan hidup

            Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani

            Kebutuhan jasmani misalnya : makan, minum, pakaian, rumah (sandan, pangan, dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.

            Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :

a)      Kelangsungan hidup (survival)

b)      Keamanan (safety)

c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai ( be loving and love )

d)      Diakui lingkungan (status)

e)      Perwujudan cita0cita (self actualization)

Kelangsungan hidup (survival)

      Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup itu terlihat sejak bayi lahir.

      Sandang, semula hanya berupa perlindungan/kemanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi dalam perkembangan hidupnya sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan, tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.

      Papan yang dimaksud adalah tempat tinggal atau rumah kebutuhan primer manusia, karena rumah itu sebagai tempat berlindung, dari panas, gelap, dan sebagainya.

Keamanan

      Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman.

Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai

      Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai maupun mecintai. 

Status      

      Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Dalam lagu ‘untuk apa’ ada lirik yang berbunyi ‘aku ini anak siapa, mengapa aku ini dilahirkan’. Dan bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa setiap manusia yang lahir di bumi ini tentu akan  bertanya tentang statusnya.

Perwujudan cita-cita

      Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangakatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.


C. KEPERCAYAAN

kepercayaan beasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kpercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran

kebenaran

kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan focus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.

Dr.Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat ilmu, sebuah pengantar popular ada 3 teori kebenaran sebagai berikut:

1.         Teori koherensi atau konsistensi

2.         Teori korespodensi

3.         Teori pragmatis


D.BERBAGAI KEPERCAYAAN DAN USAHA MENINGKATKANNYA

dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran dalah manusia. kepercayaan itu dapat dibedakan atas :

1.kepercayaan pada diri sendiri

2. kepercayaan pada orang lain

3. kepercayaan kepada pemerintah

4. kepercayaan kepada Tuhan



Contoh kasus:

ERUPSI MERAPI

Pengungsi Butuh Harapan

YOGYAKARTA, KOMPAS - Para pengungsi korban letusan Gunung Merapi yang kini hidup jauh dari rumah mereka membutuhkan harapan agar bisa menghadapi keadaannya saat ini. Semua pihak seharusnya bisa membangkitkan harapan mereka dengan memberikan dorongan serta hiburan.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Antropologi Universitas Gadjah Mada PM Laksono, Kamis (10/11). ”Dalam fase tanggap darurat, jangan sampai pengungsi kehilangan harapan. Ciptakan harapan bagi anak-anak, perempuan, juga kelompok lanjut usia, jangan dibikin putus asa,” ujarnya.

Ia mengatakan, hidup di pengungsian tidak mudah dijalani. Di dalam rumah, seburuk apa pun kondisinya, ada totalitas hidup. Di rumahnya, seorang manusia menjadi manusia yang utuh. Dia bisa bekerja. Dia punya ruang untuk dirinya sendiri, keluarga, hewan peliharaan, juga para tetangga. Bahkan, seorang nenek dan kakek yang sudah lanjut usia pun bisa tetap beraktivitas di rumahnya.

Ketika berada di pengungsian, totalitas itu tidak bisa didapat. Mereka tiba-tiba berada di ruang yang asing bersama orang-orang asing. Mereka juga tidak bisa bekerja dan beraktivitas. Dalam situasi semacam ini, seorang manusia yang secara fisik sehat akhirnya bisa menjadi sakit. ”Walau di pengungsian makan daging ayam, mereka akan lebih bahagia makan seadanya di rumahnya sendiri,” ujar Laksono.

Bagi manusia, hidup bukan sekadar persoalan makan dan minum. Oleh karena itu, selain menjamin terpenuhinya kebutuhan makan dan minum, pengungsi harus didorong untuk memiliki harapan akan masa depan mereka pascapengungsian.

Menurutnya, semua pihak bisa berperan dalam menciptakan harapan. Media, misalnya, sesungguhnya punya tanggung jawab untuk membangkitkan harapan pengungsi. Dalam suatu bencana, media mestinya bisa memberikan informasi yang menenangkan warga. Media seharusnya tidak semakin menambah kecemasan warga dengan informasi yang diberikan.

Media juga bisa mendedikasikan dirinya untuk menyajikan informasi sederhana yang berguna bagi pengungsi. ”Misalnya, informasi tentang jalur evakuasi, atau informasi tentang nomor telepon dan alamat penting,” tuturnya. (ARA)

Sumber :

http://ayukemala.wordpress.com/2010/12/19/manusia-dan-harapan/
http://amandasiiman.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-harapan.html

http://wahyuhendrawantugas.blogspot.com/2011/04/manusia-dan-harapan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar