Sabtu, 22 November 2014

BAB 8 Manusia dan Pandanga Hidup & Contoh kasus



MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP


A.   Pengertian pandangan hidup
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.
Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya,. Akan tetapi pandangan hidup hidup dapat diklasifikasikan beradasrkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
a)    Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak ketentuannya.
b)    Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut,
c)    Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.

B.   Cita-cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan, yang selalu ada dalam pikiran. Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan perkataan lain : cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditemukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang di cita-citakannya merupakan khayalan saja. Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya, cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.

Faktor kondisi yang mempengaruhu tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya cita-cita., sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.

Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang di langit. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai cita-citanya. Pada umunya dilakukan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.      
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakan dan bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa.

C.   Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri dari atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah apabila seseorang meninggal.
Manusia merupakan makhluk sosial; manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, dan lai-lain.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan, untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik atau buruk ditentukan oleh suara hati, suara hati adalah semacam bisikan di dalah hati yang mendesak seseorang.
Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segilintir orang di dalamnya atau sebaliknya.
Jadi baik atau buruknya dapat dilihat dari suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum. Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santus, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
                                                                                                              
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku seseorang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah lingkungan (environment). Lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama)
Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang pernah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis yang sifatnya positif.
Dalam prakteknya dari ketiga faktor diatas, yaitu hereditas,  lingkungan, dan pengalaman. Ketiga faktor tersebut terjalin erat dan ketiga faktor tersebut dalam mmebentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi lain.

D. Usaha / perjuangan
            Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Kerja keras dapat dlakukan dengan otak/ilmu  maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmwan lebih banyak bekerja dengan otak/ilmunya daripada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani lebih banyak menggunakan jasmani daipada otaknya.
            Dalam Negara yang menganut ideology liberalisme, kesadaran individu yang lebih berperan untuk membantu individu lain yang kurang/tidak mampu bekerja keras memperoleh penghasilan yang layak.
            Sebaliknya, dalam Negara yang menganut ideology komunis, Negara yang lebih berperan mengatur usaha/perjungan warga Negara.
E. Keyakinan / kepercayaan
            Keyakinan /kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu:
1.    Aliran naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agam itu ada 2 macam yaitu:
·         Ajaran agama dogmatis
Yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran ini bersifat mutlak.
·         Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama
Sebagai hasil pemikiran manusia, sifatya relative (terbatas)
2.    Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik., wslaupun bertentangan dengan kekuatn nurani.
3.    Aliran gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan., percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan., yang menenukan benar tidaknya sesuatu.

F. Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik
            Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan.
Berikut adalah langkah-langkah dalam berpandangan hidup yang baik:
*       Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum turun ke dunia.
*       Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
*       Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
            Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
*      Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
*       Mengabdi       
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.

Contoh kasus:

Beda Pandangan Soal Uang Merusak Hubungan




Penulis : Wardah Fazriyati | Kamis, 1 November 2012 | 15:07 WIB

Pertengkaran pasangan soal yang disebabkan sejumlah faktor, termasuk kepribadian finansial yang berlawanan.

KOMPAS.com - Pasangan menikah dengan perencanaan keuangan keluarga yang baik bukan satu-satunya syarat meraih kebahagiaan dalam hubungan. Boleh jadi, saat ini Anda dan suami sudah memiliki tabungan yang cukup, dana pensiun yang terencana dengan baik, dan arus kas rumah tangga yang terkontrol. Namun semua hal ini tak menjamin kebahagiaan dalam hubungan.

Penting bagi pasangan untuk memiliki cara pandang yang lebih luas soal keuangan. Pandangan Anda dan dia soal uang punya pengaruh besar terhadap setiap keputusan yang pasangan ambil terkait kebutuhan rumah tangga dan keluarga.

Coba ingat kembali, seberapa sering Anda dan suami beradu argumen soal uang. Perbicangan soal makan siang saja bisa memicu pertengkaran, jika cara pandang Anda dan dia soal uang berbeda. Contohnya, saat Anda bertanya pada suami mengenai menu makan siangnya, dia mengatakan makan siang salad seharga Rp 100.000 misalnya. Bagi Anda, salad seharga tersebut terlalu mahal, dan hal ini pun memicu pertengkaran kecil yang jika terakumulasi bisa merusak hubungan dalam jangka panjang.

Pertengkaran pasangan soal uang umumnya dipengaruhi tiga faktor ini:

1. Kepribadian keuangan
Coba perhatikan karakter anak-anak dalam menggunakan uangnya. Si A yang memiliki kepribadian si penabung dan si B yang berkepribadian si pebelanja.  Si B kesulitan menyimpan uangnya untuk masa depan, sementara si A takkan menggunakan uangnya kecuali terpaksa atau bahkan dipaksa.

Perbedaan kepribadian terkait uang ini juga didapati pada orang dewasa. Anda dan suami pun memiliki kepribadian yang bisa jadi sama atau berbeda. Ada lima kepribadian terkait uang: si hemat, si boros, pengambil risiko, si cari aman, si coba-coba.

Setiap orang bisa memiliki 2-5 kepribadian tersebut dalam dirinya. Karenanya penting bagi pasangan untuk saling memahami kepribadian terkait uang, mana kepribadian utama Anda dan dia, dan kepribadian pendukungnya. Pahami perbedaan kepribadian soal uang ini agar Anda dan dia lebih mampu mengatasi potensi pertengkaran soal uang.

2.   Pandangan hidup.
Lima kepribadian soal uang tadi ada hubungannya dengan perspektif seseorang tentang kehidupan. Uang selalu ada kaitannya dengan setiap keputusan yang Anda ambil. Dengan kata lain, kepribadian Anda soal uang memengaruhi perspektif Anda tentang hidup.

Si boros cenderung royal memberikan hadiah. Sementara si hemat selalu memanfaatkan kesempatan penawaran yang menguntungkannya. Bagi si pengambil risiko, ia takkan banyak pertimbangan dalam menggunakan uangnya. Sedangkan si cari aman selalu penuh perencanaan. Bagi si coba-coba, ia takkan membiarkan persoalan uang memengaruhinya dalam mengambil keputusan.

Sekali lagi, dengan memahami perbedaan perspektif yang ada hubungannya dengan kepribadian soal uang ini, Anda dan pasangan bisa saling memahami. Sehingga pertengkaran karena uang pun bisa diminimalisasi.

3.    Kepribadian berlawanan.
Nah, ketika Anda menikah dengan seseorang yang memiliki kepribadian berlawanan, inilah yang menjadi pemicu pertengkaran finansial pada pasangan. Faktanya, 75 persen pasangan menikah memiliki kepribadian finansial yang berlawanan. Tak heran jika 70 persen penyebab perceraian dipicu persoalan uang.

Meski begitu, menikah dengan seseorang yang memiliki kepribadian finansial berlawanan tak selamanya berpotensi merusak hubungan. Selalu ada alasan di balik perbedaan tersebut bukan? Adalah tugas Anda dan pasangan untuk mentoleransi perbedaan tersebut, menerimanya dan berusaha saling menyesuaikan, bukan berusaha menyatukan apalagi memaksakan kehendak kepada satu dengan lainnya.

Sumber      : Your Tango
Editor        : wawa
Sumber  halaman :

source: http://reniafrendi.blogspot.com/2013/05/tugas-5-contoh-kasus-manusia-dan.html

BAB 7 Manusia dan Keadilan & Contoh Kasus



MANUSIA DAN KEADILAN
A.   Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan  manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

B.   Keadilan Sosial
           Untuk mewujudkan keadilan sosial, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni:
v  Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
v  Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain
v  Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
v  Sikap suka bekerja keras
v  Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

C.   Berbagai Macam Keadilan
a.    Keadilan legal atau keadilan moral
      Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.
b.    Keadilan ditributif
      Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally).


c.    Keadilan komulatif
      Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.

D.   Kejujuran
            Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada.
            Berbagai hal yang menyebabkan orang berbuat tidak jujur,seperti:
*      Tidak rela
*      Pengaruh lingkungan
*      Pengaruh sosial ekonomi
*      Terpaksa ingin populer

E.   Kecurangan
            Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pada dengan licik,meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Ada empat aspek yaitu:
·         Aspek ekonomi
·         Aspek kebudayaan
·         Aspek peradaban
·         Aspek teknik

F.    Pemulihan nama baik
            Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik dalah yang tidak tercela. Setiap orang dengan hati-hati agar namanya tetap baik.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu:
a.    Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral
b.    Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
      Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang telah diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
G.   Pembalasan
            Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi tu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
            Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk soial. Dalam brgaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menybabkannya. Perbuatan amoral pada haekekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia lain.
            Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

Contoh kasus:
Kasus Nenek Pencuri Singkong

Di dalam sebuah laman blogspot yang diterbitkan 6 Februari 2012 baru-baru ini, dimuat sebuah berita yang menurut pemiliknya merupakan kisah nyata. Judulnya adalah ‘Hakim Hebat’. Kenapa disebut hebat? Karena hakim itu mampu bertindak bijaksana saat seorang nenek mencuri singkong. Berikut adalah kisah lengkapnya.
Kasus terjadi tahun 2011 lalu di kabupaten Prabumulih, Lampung. Di ruang sidang pengadilan, hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong, nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya lapar. Namun, manajer tempat dia mencuri tetap pada tuntutannya, agar menjadi contoh bagi warga lainnya.
Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutuskan di luar tuntutan jaksa PU. “Maafkan saya,” katanya sambil memandang nenek itu. “Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda Anda 1 juta rupiah dan jika Anda tidak mampu bayar maka Anda harus masuk penjara 2.5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU.”
Nenek itu tertunduk lesu. Hatinya remuk redam sementara hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil uang 1 juta dan memasukkannya ke topi toganya serta berkata kepada hadirin. “Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar Rp 50 ribu, sebab menetap di kota ini, namun membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya. Saudara Panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”
Sampai palu diketuk dan hakim Marzuki meninggalkan ruang sidang, nenek itupun pergi dengan mengantongi uang Rp 3.5 juta, termasuk uang Rp 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer tersebut yang tersipu malu karena menuntutnya. Sungguh sayang kisahnya luput dari pers.
Meski seandainya ini bukan kisah nyata dan hanya sebagai ilustrasi saja, ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari hal ini. Di Indonesia, kasus serupa pun banyak terjadi. Kasus pencurian sandal di masjid, kasus nenek yang mencuri piring, kasus lainnya yang mungkin kita tidak tahu. Berikan perhatian dan bantuan kepada sekeliling kita dan jadilah berkat kemanapun kita melangkah