Senin, 25 Mei 2015

KEPUTUSAN



Dalam materi keputusan ini masih ada hubungannya dengan yang namanya suara hati. Mengapa demikian? Karena suara hati ini dapat kita rasakan apabila kita ingin mengambil suatu keputusan. Keputusan itu sendiri mempunyai arti yaitu suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya.

Keputusan ini berhubungan dengan sesuatu yang namanya bijak, dewasa, dan mandiri. Apabila seseorang sudah bisa mengambil suatu keputusan maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai seseorang yang dewasa. Karena kedewasaan itu dapat dibangun jika kita dapat mengambil keputusan. Tentunya untuk mengambil keputusan itu tidak mudah. Perlunya ada pemikiran-pemikiran yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam memutuskan sesuatu.

Disisi lain, jikalau kita sudah bisa saling menghargai dengan oranglain, maka sesungguhnya kita sudah membuat sesuatu keputusan yang hebat. Karena pada dasarnya apabila kita sebagai manusia dapat melawan hawa nafsu maka disitulah kita dapat disebut sebagai manusia baru.

Keputusan selalu erat hubungannya dengan masalah-masalah yang kita hadapi di dalam hidup ini. Namun, dari masalah-masalah itulah yang membuat kita mendapatkan arti nilai kehidupan. Jika dihadapkan oleh masalah-masalah ini tentunya dari pola pikir kita yang berasal dari superego ini dapat menciptakan/mengambil suatu keputusan di dalam situasi yang konkrit.

Masalah-masalah yang kita hadapi itu tidak hanya datang sekali didalam kehidupan kita. Maka seharusnya kita menghadapi masalah itu dengan menciptakan keputusan yang terbaik yang sesuai dengan pikiran dan hati nurani. Ketika kita terlatih dalam menghadapi masalah-masalah itu tentunya kita sendiri akan menjadi pribadi yang kuat dan apabila kita bersungguh-sungguh dalam menghadapi masalah, maka akan timbullah suatu kedewasaan.




SUARA HATI


         Sumber dari kebebasan manusia itu ialah akal, hati dan terakhir yaitu kehendak. Dalam hal ini yang akan kita bahas itu ialah hati. Dalam bahasa arab hati itu : Fuad/Qalbu/Dhomir. Suara hati dalah bahasa lain dari hati nurani. Pengertian hati nurani itu sendiri adalah suatu kekuatan dalam hati seseorang yang selalu memberikan penilaian benar dan salahnya atau baik dan buruknya atau perbuatan yang akan di lakukan.

Setiap perjalanan manusia, pasti ujungya itu menuju Allah. Allah merupakan zat yang tidak bisa kita lihat namun bisa kita rasakan. Kita bisa bertemu dengan Allah melalui Ibadah dan dari hati-lah komunikasi dengan Allah dapat berjalan. Dalam kata lain, bila kita mendapatkan kesulitan tentunya kita akan berdoa kepada Allah dan doa itu munculnya dari dalam hati kita.

Di dalam batin kita sebenarnya tidak hanya ada suara hati, melainkan ada juga yang namanya refleksi. Refleksi ini dapat disebut juga sebagai kegiatan berfikir. Tentu ada pebedaan dari suara hati dan refleksi ini. Bila refleksi lebih cendurung kearah bagaimana cara orang berfikir, sedangkan suara hati itu lebih menujukan suatu kesadaran manusia atau juga dapat behubungan dengan moral. Jadi dengan demikian, suara hati dapat kita katakana juga sebagai kesadaran moral.  Kesadaran moral itu sendiri berhadapan dengan situasi real/kongkrit berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab.

Hati itu seperti layaknya Allah yang selalu memantau apa yang kita lakukan. Karena apabila kita melakukan suatu hal yang baik maka hati kita pun akan ikut senang dan juga apabila seseorang berkata jujur sesuai dengan hati nuraninya maka ia tidak akan pernah dilanda kegelisahan. Namun sebaliknya, apabila seseorang berbuat jahat dan tidak berkata jujur  tentunya orang itu akan merasakan kegelisahan sepanjang hidupnya.

Jika sudah berbicara tentang hati tentunya pasti menyangkut juga dengan psikologis seseorang. Menurut ilmu psikolgi, ada 3 struktur batin manusia, yaitu:
1.       Ego
 Ego ini bersifat kognitif. Dalam kata lain ego merupakan bagaimana tindakan seseorang dalam berfikir

2.       Superego
Dalam superego ini bisa memunculkan rasa benar yang artinya dengan hati seseorang bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Super ego ini erat kaitannya dengan norma-norma.

3.       Id
Id ini bisa disebut juga sebagai tempat adanya hawa nafsu manusia. contohnya ialah reflek berusaha untuk makan dan minum. Dimana ketika terjadi rasa lapar implikasi yang terjadi pada dalam tubuh yaitu timbulnya rasa lemas,  sehingga dengan segera tubuh harus melakukan aktivitas makan dan minum yang secara tidak sadar dilakukan untuk mengatasi efek lapar tersebut. Melalui tindakan tersebut, secara otomatis tindakan tersebut dapat meredakan dan bahkan dapat menghilangkan rasa lemas dan juga rasa lapar.
                               
                  Dalam hubungannya pada aktivitas untuk menanggapi suatu permasalahan yang ada kita tidak bisa terlepas dari 3 struktur batin tersebut. Yang mana konsepsi id menerangkan kecepatan respon yang secara tidak sadar dilakukan oleh manusia karena munculnya suatu permasalahan tertentu, Konsepsi ego harus diikuti proses pemikiran terlebih dahulu sebelum bertindak, dan konsepsi super ego menyiratkan kita akan pentingnya harmonisasi antara tindakan yang dilakukan dengan norma atau kebiasaan yang ada.

MANUSIA (KEBEBASAN SOSIAL/BERMASYARAKAT)



Kita sebagai manusia selain menjadi seorang individu, kita juga menjadi seorang anggota masyarakat. Mengapa dikatakan demikian? Karena, pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.  Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi di dalam dirinya. Jadi,tidaklah mungkin selamanya manusia hidup sendiri tanpa manusia-manusia disekitarnya.
Kita sebagai manusia yang menjadi anggota masyarakat tentunya harus bersikap toleransi terhadap orang-orang disekitar kita. Janganlah kita bersikap individualis, yang dalam agama sifat individualis itu disebut ‘Thogut’. Orang yang individualis ini ialah orang yang selalu bersikap sewenang-wenang dalam bertindak dan tidak menghargai hak-hak orang yang berada disekitarnya. Maka dari itu, kita sebagai makhluk yang bermasyarakat tidak boleh berlaku seenaknya. Dari sinilah di dalam suatu kehidupan manusia terdapat sifat pembatasan.
Dari sifat pembatasan ini, dasar hukum lah yang membatasi manusia. Dasar hukum ini dibuat  agar terciptanya suatu ketertiban sosial. Dasar-dasar hukum itu ialah seperti sebuah peraturan-peraturan atau kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat oleh suatu kelompok dan telah disepakati bersama. Contoh dari peraturan-peraturan itu adalah UUD, PERDA,fiqih dan masih banyak lagi. Ketika peraturan-peraturan yang telah dibuat tersebut dan telah disepakati, maka kita diberi kewajiban untuk mentaati peraturan-peraturan itu.  Jadi, dapat dikatakan bahwa kewajiban itu dibangun atas dasar kesepakatan.
Namun, terkadang ada saja ulah-ulah manusia yang tidak menjalankan kewajibannya dalam mentaati peraturan-peraturan yang telah dibuat. Dari kasus inilah diciptakan suatu alat-alat masyarakat untuk dapat mengatur atau menekan orang-orang tersebut seperti: kepolisian, hakim, KPK, dll. Pada dasarnya, peraturan-peraturan itu sendiri diciptakan dengan tujuan agar lingkungan masyarakat menjadi tentram dan damai.
Sama halnya dengan kewajiban-kewajiban/peraturan-peraturan yang dibuat oleh Allah SWT, Allah menciptakan kewajiban-kewajiban manusia sesungguhnya untuk memenuhi kebutuuhan dasar manusia. Contoh dari kewajiban yang Allah berikan itu seperti: shakat 5 waktu, sedekah kepada fakir-miskin, mudah memaafkan seseorang , bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan seperti fakir miskin. Dari kewajiban-kewajiban itu lah yang membuat kita sebagai manusia menjadi lebih tenang dan bahagia.
Di dalam suatu kehidupan bermasyarakat, terdapat suatu pembatasan. Pembatasan itu sendiri  terdiri dari 3 yaitu:
1.    Fisik
Pembatasan fisik ini dianggap tidak manusiawi. Artinya, untuk menciptakan suatu ketertiban sosial dilakukan dengan cara menggunakan kekerasan fisik. Kekerasan fisik ini pula dikatakan sebagai suatu tindakan yang tidak menghargai kemanusiaan.
2.    Psikis
Pembatasan psikis ini biasanya dilakukan dalam situasi perang dimana orang-orang tidak boleh tidur dalam seminggu. Tentunya bila seseorang  tidak tidur dalam seminggu akan sangat mengangu psikisnya. Pembatasan psikis ini jauh lebih jahat dari pembatasan fisik.
3.    Normatif
Pembatasan ini merupakan pembatasan yang lebih manusiawi. Karena dalam pembatasan normatif ini untuk menciptakan ketertiban hanya dalam bentuk peraturan-peraturan. Dari pembatasan ini terdapatnya suatu dimensi  kesadaran manusia. kesadaran ini menentukan seseorang menjadi suatu orang yang baik atau tidak. Dalam pembatasan ini pula yang disentuh ialah kesadaran manusia terhadap norma. Pembatasan normatif ini harus selalu dihormati selama sesuai dengan keperluan, tujuan, dan ketentuan sosial.
Dari materi ini dapat di simpulkan bahwa kita sebagai manusia sosial yang senantiasa hidup di dalam suatu kelompok manusia yang disebut masyarakat ini harus bersikap toleransi terhadap orang-orang disekitar dan tidak sewenang-wenang dalam melakukan suatu tindakan. Apabila seseorang berlaku sewenang-wenang, tentulah akan terjadi kekacauan. Maka dari itulah, kita yang juga sebagai anggota masyarakat harus mentaati segala peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama agar terciptanya suatu ketertiban ditengah lingkungan kemasyarakatan.


TAUHID



Tauhid adalah suatu ilmu yang menceritakan tentang meng-ESA kan Allah SWT. Karena Tauhid menurut bahasa itu sendiri juga artinya adalah meng-Esakan. Sedangkan menurut syariat adalah meyakini keesaan Allah. Di dalam Al-Qur’an sebenarnya tidak ada yang namanya istilah tauhid. Yang ada yaitu hanya ahad &wahid. Jadi, istilah tauhid itu sendiri bearasal dari kata ahad dan wahid.
 Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil ada yang mampu menyamai-Nya. Karena orang- orang yang menyamai Allah SWT / Menduakan Allah SWT ini di katakan menjadi golongan orang-orang yang musyrik. Karena sesungguhnya orang yang musyrik itu adalah orang-orang yang menkhianati Allah SWT. Sungguhlah, orang-orang yang tergolong sebagai orang musyrik ini tidak akan diampuni oleh Allah SWT dan tentunya pintu nerakalah yang terbuka untuk mereka.
Di dalam Al-Qur’an pun terdapat beberapa ayat yang menyangkut tentang kemusryikan. Seperti misalnya surat An-nisa ayat (48) yang memiliki arti : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” Sudah terlihat jelas dalam ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni hambanya yang musyrik.
Agar kita terhindar dari sifat-sifat orang musyrik maka alangkah baiknya kita bertauhid kepada Allah SWT sang maha pencipta segalanya. Karena sesungguhnya bila kita terhindar dari sifat musyrik, kita pun akan merasa tenang di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Karena kita hanyalah manusia yang suatu saat akan kembali lagi kepada sang pencipta seperti yang terdapat dalam surat Al-baqarah ayat 156 yang menerangkan asal muasal manusia dan manusia harus kembali ke asalnya. Kita adalah manusia yang lemah. Allah SWT lah yang Maha Agung. Seperti juga yang terdapat dalam surat An-nisa ayat 28 yang mempunyai arti : “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu,karena manusia diciptakan bersifat lemah.” Maka, kita sebagai manusia tidak oleh meremehkan kekuasaan Allah SWT.

Janganlah kita percaya pada kekuatan-kekuatan lain yang berasal dari benda-benda seperti batu dan barang-barang antik lainnya serta yang berasal dari kekuatan-kekuatan makhluk Ghaib. Karena itu termasuk kemusryikan dan sungguh Allah membenci orang-orang yang men-duakan-Nya. Yang harus kita lakukan di dunia ini adalah memperbanyak berbuat kebaikan dan bertauhidlah kepada Allah SWT.
Karena dengan kita bertauhid kepada Allah, kita pun tentunya akan menjadi pribadi yang bertaqwa. Dalam arti kata taqwa itu adalah sikap manusia yang bersifat berserah diri: ikhtiar, tawakal kepada Allah SWT. Dan dengan bertaqwa, dalam keadaan apapun manusia tidak bisa mencutikan Allah SWT dari kehidupannya. Selain menjadi pribadi yang bertaqwa, tauhid juga menjadikan orang-orang memiliki keimanan yang utuh dan tentunya menjadi pribadi yang memiliki sikap optimis.

MANUSIA (KEBEBASAN INDIVIDU)



Pada dasarnya, hal yang menonjol dari seorang manusia itu ialah moralnya. Jika seorang manusia memiliki moral yang baik, maka tentunya manusia itu sudah pasti memiliki akhlak yang baik pula. Kita sebagai manusia juga disebut sebagai khalifah di bumi, seperti yag terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 30 yang memiliki arti: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”  Dari ayat tersebut kita dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan khalifah ialah manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
Manusia itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu roh (jiwa) dan jasmani.  Di dalam jiwa manusia terdapat akal, hati dan kehendak. Namun, tidak hanya manusia saja yang memiliki jiwa. Seperti yang ada di dalam  Al-qur’an, yaitu 3 hal yang memiliki jiwa diantaranya:
1.    Nafs nabati (tumbuhan)
2.    Nafs hewani (hewan)
3.    Nafs nisani (manusia)

Tumbuhan, hewan, dan manusia sama-sama memiliki jiwa. Namun, yang membedakan manusia dengan yang lainnya ialah karena manusia memiliki akal, hati dan kehendak. Dengan akal, hati dan kehendak yang dimiliki manusia ini jugalah yang mengangkat manusia itu sendiri menjadi khalifah di muka bumi dan menciptakan kepribadiannya. Tidak hanya itu, dengan akal, hati dan kehendak, manusia dapat membangun rencana-rencana hidupnya untuk menuntukan jalan hidupnya serta kebabasan yang dihendakinya.          
Berbicara tentang kebebasan,ada 2 macam yang menyangkut kebebasan individu yaitu kebebasan rohani dan kebebasan jasmani.
Contoh yang paling jelas dalam kebebasan rohani ini ialah ketika kita ingin membeli sesuatu dengan harga Rp 5000 lalu kita membayarnya dengan Rp 10.000 maka seharusnya si penjual mengembalikan uangnya sebesar Rp 5000. Namun, yang terjadi si penjual mengembalikannya sebesar Rp 15.000 karena mungkin si penjual menganggap kita membayarnya dengan  uang Rp 20.000. Disinilah, kita harus menentukan diri kita terhadap kebebasan dalam suatu pilihan. Dimana kita harus mengembalikan uang yang lebih itu  kepada si penjual atau mengambil semua uang itu yang dapat dikatakan pula kita mengambil hak dari orang lain. Dari contoh itulah kita lebih memahami arti dari hakikat kebebasan seorang manusia.  selanjutnya ialah contoh dari kebebasan jasmani.
Contoh dari kebebasan jasmani itu seperti kebebasan kita menggerakkan tangan, badan , dll. Namun, kebebasan jasmani ini bersifat terbatas. Tetapi dengan akal, keterbatasan itu dapat dipenuhi. Misalkan seperti, kita sebagai manusia tentunya sudah dikodratkan tidak bisa terbang layaknya burung. Namun, dengan akal manusia ini dapat menciptakan pesawat sehingga kita bisa merasakan rasanya terbang bahkan melampaui seekor burung.
Disamping itu, terdapat penyataan bahwa kewajiban & tanggungjawab hanya bisa jalan kalau manusia mengandaikan suatu kebebasan. Dari pernyataan itu timbul lah suatu pertanyaan “Apakah Allah memberikan kewajiban dan tanggungjawab hanya semata-mata untuk membebankan manusia?”. sesungguhnya, kewajiban yang Allah berikan itu memiliki tujuan yang akan membahagiakan hidup kita kelak. Kewajiban-kewajiban itu seperti shalat 5 waktu, patuh kepada kedua orang tua, menghormati oranglain, sedekah kepada orang yang tidak mampu,berpuasa dibulan ramadhan dan masih banyak lagi. Dari kewajiban-kewajiban itulah yang akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan di kemudian hari.
Dari materi ini kita dapat menggaris besarkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diberikan anugrah kebebasan dari Allah SWT karena manusia memiliki kebebasan rohani dan juga jasmani yang dimana kebebasan rohani ini terletak harkat martabat manusia karena dalam rohani kita memiliki akal, hati dan juga kehendak. Dalam kebebasan manusia ini, memiliki arti bahwa kita sebagai manusia bebas memilih pilihan yang tentunya diharapkan rohani dan jasmani kita itu digunakan untuk melaksanakan kebebasan dengan pilihan yang baik untuk diri kita dan tidak merugikan orang lain.