Senin, 25 Mei 2015

ISLAM, MAKNA & TUJUAN HIDUP



 
   “Bagaimana saya hidup dan bertindak?”.
   Pada dasarnya itu merupakan suatu pertanyaan besar di kala kita hidup di dunia. Dalam pertanyaan itu memiliki arti bahwa kita harus memiliki tujuan untuk menjadi ‘siapa’. Mengapa begitu? Karena kita hanya hidup sekali di dunia ini. Maka dari itu, kita harus menggunakan kesempatan yang Allah SWT berikan itu dengan sebaik-baiknya. Seperti kata pepatah : “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama baik.” Nama baik inilah yang menjadi maksud agar kita menjadi orang yang bisa membuat hidupnya sendiri menjadi bermakna dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang-orang disekitarnya agar dapat dikenang amal kebaikan atau jasa-jasanya.
   Menjadikan hidup menjadi lebih bermakna merupakan tujuan hidup setiap manusia dan tentu tidaklah ada ruginya. Makna itu sendiri memiliki arti ibarat kita merapikan tempat tidur yang berantakan kemudian menjadi rapi maka disitulah ada rasa kepuasan batin yang bermakna. Namun, kadang kala disaat manusia mencoba untuk membuat hidupnya lebih bermakna, ada saja rintangan/cobaan-cobaan yang harus dihadapi. Tetapi tentunya, Allah memiliki maksud mengapa Ia memberikan cobaan itu karena Allah ingin menguji manusia untuk melihat kemampuan manusia itu sendiri. Sesungguhnya, bila manusia itu bisa melewati rintangan/cobaan dalam hidupnya itu, pastinya Allah akan memberikan nikmat yang lebih besar. Sungguh Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-hambanya.
   Namun, terkadang beberapa orang menganggap cobaan-cobaan yang diberikan itu sebagai suatu beban/penderitaan. Mereka-mereka inilah yang tidak pernah mensyukuri setiap perjalanan hidupnya. Maka dari itu, mereka mudah merasa hidupnya sebagai beban/penderitaan. Pada dasarnya,  manusia itu sendiri tergolong menjadi 2 kategori, yaitu:
1.    Manusia yang opstimis
2.    Manusia yang pesimis

Manusia yang optimis itu sendiri menganggap bahwa hidup yang penuh penderitaan masih dianggap berharga dan mereka yang bersikap optimis ini juga masih merasa bahwa kebahagiaan masih bisa dibangun dari puing-puing penderitaan itu sendiri. Ada pula tokoh-tokoh yang bisa dikatakan menjadi orang yang optimis seperti : fir’aun, hitler,musholini. Namun dalam tokoh agama yaitu seperti : Nabi, ulama, pastur,kepala suku, dll.
        
         Tetapi memang tidak selamanya orang yang optimis sudah pasti memiliki iman yang baik. Sikap optimis yang baik itu ialah sikap optimis yang didasarkan dengan keimanan. Contohnya seperti percaya adanya Allah SWT yang akan membantu kita disaat kita merasakan penderitaan/beban dengan terus beribadah kepadanya. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 186 yang memiliki arti : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”.  Maka dari itu, kita harus bersikap optimis yang dapat memacu kita dalam menghadapi segala cobaan-cobaan.

          Bila tadi sudah membicarakan mengenai manusia yang optimistis, selanjutnya yaitu membahas manusia-manusia yang pesimis. Dikatakan sebagai orang-orang yang pesimis karena saat mereka measakan suatu penderitaan/beban, mereka merasa hidupnya tidak berharga lagi dan merasa bahwa kematian itu lebih baik untuk mengakhiri penderitaannya. Untuk menghindari sikap yang pesimis ini yaitu dengan merubah pemikiran kita akan sebuah penderitaan itu menjadi sebuah kebahagiaan.

         Dari sinilah timbul sebuah pertanyaan, “bagaimana merubah semua penderitaan itu menjadi sesuatu yang bermakna atau dapat membahagiakan?”
Sebenarnya, kunci untuk menggapai kebahagiaan yang abadi itu adalah dengan cara ikhlas, sabar, tawakal dan jujur. Tentunya dengan memiliki sikap-sikap tersebut InsyaAllah hidup kita di dunia maupun di akhirat akan lebih tentram dan bahagia.Allah pun menyajikan “Falyakamal amalm shalihah” yang artinya: “siapa yang ingin berjumpa denganku harus memiliki amalan yang shalihah.

        
         Pada dasarnya hal yang dapat menimbulkan kegalauan dalam menghadapi masalah itu ialah mengabaian ibadah. Jadi, mulailah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah kepadanya niscaya hidup akan merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah yang ada. Agar kita pun dapat menggapai tujuan hidup kita yaitu hidup bahagia di dunia dan juga di  akhirat . oleh karenanya, kita harus mengubah penderitaan menjadi sebuah kebahagiaan dengan sifat yang optimistis namun tetap beriman kepada Allah SWT agar hidup menjadi lebih bermakna diiringi dengan amalan shaliha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar